Perjuangan Para Pahlawan

Perkembangan ajaran agama Hindu berawal dengan datangnya bangsa Yunan sekitar tahun 1500 sebelum Masehi (SM). Mereka memasuki wilayah Nusantara dengan perahu layar. Kelompok ini datang dari Kampuchea (Kamboja). Mereka mendirikan rumah dan hidup secara berkelompok dalam masyarakat desa dan menetap di Nusantara. Kebudayaan mereka sudah cukup maju. Mereka sudah mengenal bercocok tanam. Mereka juga berdagang dan membuat peralatan dari tanah liat serta logam. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia. Kepercayaan yang mereka anut ialah animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau roh halus. Dinamisme adalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Misalnya keris, tombak, batu akik, dan patung. Berikut ini peninggalan sejarah yang bercorak Hindu, budha, dan Islam

Raja Purnawarman, Panji Segala Raja
Raja Purnawarman mulai memerintah kerajaan Tarumanegara pada tahun 395 M. Pada masa pemerintahannya ia selalu berjuang untuk rakyatnya. Ia membangun saluran air dan memberantas perompak. Raja Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia memperbaiki aliran sungai Gangga di daerah Cirebon. Dua tahun kemudian ia juga memperbaiki dan memperindah alur sungai Cupu sehingga air bisa mengalir sampai ke seluruh kerajaan. Para petani menjadi senang hatinya karena ladang milik mereka mendapatkan air dari aliran sungai sehingga menjadi subur. Dengan demikian ladang para petani tidak kekeringan pada musim kemarau.

Raja Purnawarman juga berani memimpin Angkatan Laut Kerajaan Tarumanegara untuk memerangi bajak laut yang merajalela di perairan barat dan utara kerajaan. Setelah Raja Purnawarman berhasil membasmi semua perompak, barulah keadaan menjadi aman. Rakyat di kerajaan Tarumanegara kemudian hidup aman dan sejahtera. Sebagai wujud kecintaan rakyat kerajaan Tarumanegara kepada raja Purnawarman maka telapak kakinya diabadikan dalam bentuk prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Ciareteun.
Balaputradewa Raja Kerajaan Sriwijaya
Balaputradewa menjadi raja di kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 850 M. Pada saat pemerintahan Raja Balaputradewa, kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.

Balaputradewa berjuang membangun armada laut yang kuat. Hal itu bertujuan supaya jalur pelayaran yang melalui Sriwijaya merasa aman. Banyak pedagang merasa aman ketika singgah. Peningkatan ekonomi diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan. Dengan demikian, Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.

Wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya hampir meliputi seluruh Pulau Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Selat Sunda. Dengan memiliki wilayah yang luas itu, maka Sriwijaya disebut sebagai Kerajaan Nusantara yang pertama.

Candi Muara Takus
Balaputradewa berjuang membangun armada laut dan menjadikan Sriwijaya kerajaan yang makmur. Salah satu bukti peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya yang masih tersisa adalah Candi Muara Takus. Candi Muara Takus terletak di di desa Muara Takus Kabupaten Kampar provinsi Riau. Candi yang terbuat dari batu bata besar dan tebal ini berukuran 74 x 74 meter. Candi tersebut dikelilingi tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer.

Di dalam kompleks Candi Muara Takus terdapat beberapa bangunan candi, yaitu Candi Sulung atau Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Candi adalah tempat beribadah agama Buddha pada masa keemasan Sriwijaya. Sekarang, candi ini menjadi objek wisata dan penelitian sejarah.

Mahapatih Gajah Mada
Gajah Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Saat remaja, ia merupakan seorang pemuda yang mempunyai keahlian bela diri yang sangat hebat serta berilmu tinggi. Pada usia 19 tahun, Gajah Mada berhasil menyelamatkan rajanya, Prabu Jayanegara. Akibat kecakapannya, di tahun 1319, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan, dan dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.

Pada tahun 1329, Patih Majapahit yang bernama Arya Tadah menunjuk Gajah Mada untuk menggantikan dirinya. Gajah Mada menolak penunjukkan itu karena ingin membuktikan pengabdiannya terlebih dahulu kepada Kerajaan Majapahit, yaitu menghentikan pemberontakan Keta dan Sadeng. Gajah Mada akhirnya diangkat sebagai Patih Majapahit pada tahun 1334, setelah berhasil menaklukkan Keta dan Sadeng.

Pada tahun 1336, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa, yaitu janji bahwa ia tidak akan memakan buah palapa, sejenis rempah-rempah, bila belum berhasil menguasai pulau-pulau di Nusantara. Perjuangan Gajah Mada mencapai puncaknya pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389). Pada masa itulah Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan Majapahit hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga.

Perjuangan Gajah Mada sampai saat ini tetap dikenang. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya nama Gajah Mada sebagai nama jalan utama di Indonesia. Kebesaran nama dan kejayaan Majapahit pun dapat pula dilihat dari peninggalannya berupa candi. Untuk mengetahui cerita tentang candi peninggalan kerajaan Majapahit.

Kompleks Candi Penataran
Kemegahan dan kebesaran kompleks Candi Penataran membuktikan perjuangan dan peranan para tokoh di masa kerajaan Majapahit. Candi Penataran dibangun pada masa Kerajaan Kediri dan dipergunakan pada masa Kerajaan Majapahit.

Di dalam kompleks candi terdapat arca, bangunan yang disebut Bale Agung, prasasti (batu tulis) dan beberapa candi, di antaranya Candi Naga yang berukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter, dan tinggi 4,70 meter. Selain itu terdapat candi yang dianggap paling suci, yaitu candi induk. Candi induk terdiri atas tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,19 meter. Ketika masa kerajaan Hindu-Buddha mulai melemah, masuklah agama Islam di wilayah Indonesia.

Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin merupakan raja dari Kerajaan Islam Gowa- Tallo di Makassar, Sulawesi Selatan. Oleh Belanda, ia dijuluki ‘Ayam Jantan dari Timur’ karena kegigihan dan keberaniannya melawan Belanda. Ia membela kepentingan kerajaannya dan kepentingan rakyatnya dengan gigih. Ia berusaha menegakkan kedaulatan dan memperluas wilayah kerajaan. Ia berhadapan dengan Aru Palaka raja Bone yang dibantu oleh Belanda.

Sultan Hasanuddin dikenal arif dan bijaksana. Beliau merasa sedih karena harus bertempur melawan keluarga sendiri. Arung Palakka La Tenri Tatta to Erung sudah seperti saudara kandung sendiri. Sultan Hasanuddin mempertimbangkan bahwa pertumpahan darah di kalangan orang Makassar dan Bugis harus segera dihentikan. Sultan Hasanuddin berusaha menggabungkan kekuatan kerajaankerajaan kecil di Indonesia wilayah timur untuk melawan Belanda.

Dikarenakan perjuangan dan jasa-jasanya, nama Sultan Hasanuddin diabadikan sebagai nama jalan dan universitas. Bahkan pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin. Setelah wafat, Sultan Hasanuddin dimakamkan di kompleks pemakaman rajaraja Gowa di Sulawesi Selatan. Kompleks pemakaman raja-raja merupakan peninggalan sejarah yang perlu dijaga kelestariannya. Kompleks pemakaman ini pun dijadikan objek pembelajaran sejarah bagi bangsa Indonesia.

Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda adalah sultan yang memimpin kerajaan Aceh. Beliau berani melawan penjajah yang ingin menguasai perdagangan di Nusantara. Sultan Iskandar Muda membangun militer yang kuat sehingga wilayah kekuasaannya semakin luas.

Artikel Terkait